Digimon Semesta
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Digimon Semesta

Forum Indonesia yang membahas semua hal tentang Digimon.
 
IndeksIndeks  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 Digimon Semesta

Go down 
PengirimMessage
Kuru
Admin
Kuru


Digimon-ku : Teriyamon
Jumlah posting : 9
Join date : 22.08.12
Lokasi : Semarang

Digimon Semesta Empty
230812
PostDigimon Semesta

Di sebuah jalan pegunungan

Siulet sebuah mobil berkecepatan tinggi menerobos kegelapan malam. “Makhluk apa itu Dedy!?” Tanya seorang wanita yang berada di sebelah pria yang mengemudi mobil tersebut . “Entahlah, namun untuk saat ini kita harus menjauh dari tempat ini!”. Sebuah bayangan melompat dari pohon kepohon seperti sedang mengejar mobil tersebut. Sesekali ia turun dan berlari dengan kecepatan yang tak kalah cepat dari mobil yang ia kejar. Ia memotong jalan menerabas pepohonan hutan dan melompat ke jalan beberapa meter di depan jalur mobil yang melaju tersebut. Tepat pada saat mobil menikung, pengemudi mobil terkejut ada sebuah sosok di tengah jalan dan ia spontan membanting setirnya ke sisi jalan. Mobil keluar jalur tidak terkendali dan akhirnya menabrak pohon yang ada didepannya. “BRAK!!!” terjadi ledakan dan Teeeeeeeeeeet!”bunyi klakson menggema. Tidak lama kemudian terdengar aungan serigala membuana ke segala penjuru.”AUUUUUUU!”

Pukul 24.00 dini hari, aku masih terbangun untuk menyelesaikan game Digimon buatanku. Oh iya perkenalkan namaku Arya. Sejak di kelas 1 SMU aku menyukai Digimon. Perkenalan pertamaku waktu aku memainkan sebuah CD game PSX yang baru di launch dari negeri asalnya->Jepang. Genre-nya berbeda dari game pada umumnya. Yang membuatku tertarik waktu itu, selain pembungkus CD-nya yang terbuat dari karton(berbeda dengan CD game lainnya yang tersimpan rapi di dalam CD case plastic)-> seperti mengatakan ini barang baru, baru saja dirilis. Ada sebuah kalimat dilabel yang terletak di bagian belakang  pembungkus yang kalau di bahasa Indonesiakan berbunyi Peringatan: Game ini ditujukan hanya kepada seseorang yang benar-benar menyukai game(permainan). Aku segera membelinya dan pulang mencobanya di… Rental PSX terdekat di lingkungan rumahku(habis waktu itu belum punya PSX sendiri). Tak lama kemudian filmnya diputar di sebuah televisi swasta, membuatku bersorak kaget karena aku mengenali karakter yang ada di dalamnya.

3 Tahun berlalu. Sekarang aku harusnya sudah masuk bangku kuliah. Tapi karena ujian kemarin aku gagal dalam UMPTN(tahu sendiri-kan biaya untuk kuliah itu mahal apalagi kalau masuk swasta) aku terpaksa harus menunggu dan berusaha lebih keras lagi tahun depan. Sementara ini aku mencoba untuk berwiraswasta karena sudah hamper setahun aku masih belum mendapatkan pekerjaan, banyak biaya yang dikeluarkan untuk melamar, belum waktu dan tenaga yang tersita. Itupun selalu gagal diterima… Bosan terus menjadi orang yang tidak berguna. Aku meminta Ibuku untuk memasukkanku kursus dalam bidang computer, meskipun menggunakan uang yang rencana awalnya digunakan untuk membayar uang gedung. Uang yang ditabung almarhum ayah dengan bekerja keras menyisihkannya dikala kebutuhan semakin bertambah, yang sekarang ini nominalnya semakin berkurang seiring bertambahnya waktu. Karena aku yakin dengan bekal keterampilan yang kumiliki ini, aku bisa mendapatkan lebih.

Masih ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk memperbaiki kondisi perekonomian keluarga kami. Target hidupku enggak muluk-muluk kok. Bisa mempunyai pekerjaan bagus yang bisa memencukupi kebutuhan keluarga kami dan menguliahkan keempat adikku sampai sarjana. Kalau itu bisa tercapai aku sudah sangat bersyukur. You may say I'm a dreamer... But I'm not the only one.

Yup, ini minggu pertamaku menawarkan jasaku dari pintu ke pintu, dari sebuah kantor ke kantor lain. Tentu saja hari ini masih nihil, ibaratnya kita sedang menaburkan benih dan pasti akan menuainya di kemudian hari. Kalau aku menawarkan lebih banyak lagi, kemungkinannya-kan juga jadi lebih besar, benarkan?.

Cukup untuk hari ini, aku lelah, saatnya istirahat. Belum lama aku merebahkan diri di tempat tidurku yang berada di lantai. Ada perasaan yang mengganjal. Mungkin itu yang membuatku sulit untuk tidur. Aku lihat digivice yang dulu kubeli waktu naik ke kelas tiga, kami memainkannya bergantian(aku dan adik-adikku)tergantung di dinding kamar. Lama tidak pernah menyentuhnya. Mainan v-pet Digimon dengan desain kemasan yang keren. Aku mengambilnya, masih bagus karena aku merawatnya dengan baik. Setelah puas mengamati, aku letakkan di atas lemari pakaianku bagian pinggir. Tanpa kusadari Digivice-ku menyala hijau.

Aku keluar rumah menenangkan diri. Inilah rumahku home sweet home biarpun kecil dan bentuknya sederhana dari luar(dari dalam juga sih) rumah tipe 21 dengan genteng bewarna merah. Walaupun pada mulanya ini adalah perumahan dengan ukuran dan bangunan sejenis. Sekarang semua Nampak berbeda, kelihatan sekali kalau rumahku yang paling mencolok->karena masih polos tanpa modifikasi sama sekali. Berbeda dengan bangunan para tetangga di kanan kirinya yang megah dan bertingkat.

Perjalanan ke taman. Suasana hening, sunyi dan sepi, jalan hanya diterangi oleh lampu jalan yang redup. Sungguh suasana yang tepat untuk merampok orang. Bulu kudukku merinding. Tiba-tiba terdengar suara raungan yang keras, mirip suara Dinosaurus “GROARR! GROARR!” memecah keheningan malam. Aku terkejut tepat didepanku seekor Dinosaurus bewarna gelap menerobos pepohonan taman. Badannya sebesar Buldoser, ukuran lengan sebelah kirinya lebih besar  dari lengan kanannya. Ia meraung-raung dan berlari menuju arahku. Aku pasti berhalusinasi karena kelelahan pikirku. Atau semua ini pastilah sebuah mimpi.

Memaksakan diri untuk menghindar melompat kesamping kanan, cakar lengan kirinya menggores bahu kiriku. “Apa ini! Rasanya sakit” aku memegang bahuku dan menemukan kaos lenganku robek dan ada luka tersayat disana.
Dinosaurus itu menghetikan langkahnya, membalikkan badan bersiap menuju ke arahku lagi. Tunggu sepertinya aku mengenal makhluk itu. Kini jelas badannya berwarna biru  terkena cahaya lampu jalan “Mirip dengan Metal Greymon!” Tapi kenapa bisa ada disini!?”.

Ia kembali berlari ke arahku untuk menyerang. Aku masih terkejut belum siap untuk menghindar. Jeda beberapa meter di depanku sebuah siluet menghantam kepala Metal Greymon dari samping. “BRAKK!” Metal Greymon tumbang kesamping. Sosok yang menolongku barusan berkata “ Cepat menjauh dari sini, aku mungkin tidak bias menahannya lebih lama lagi!”.

Leomon, sosok yang berdiri di hadapanku tidak salah lagi adalah Leomon!’. Sosok Digimon bertubuh manusia dan berkepala Singa, lengkap dengan kalung berbentuk taring berwarna merah, bercelana hitam, aseksoris sabuk yang terikat di tangan kirinya, juga sebilah pisau/pedang pendek? Di sarungkan di pinggang belakang . Metal Greymon segera bangkit dan menyerang menggunakan Metal clawnya “Metal Slash!” Leomon dengan sigap melompat salto kesamping dan mengeluarkan jurus tenaga dalam "Beast-King Fist” .

Serangan tersebut berhasil ditahan Metal Greymon dengan dada dan tangan metalnya. Dada baja Metal Greymon terbuka, ia meraung dan keluarlah sepasang roket dari dadanya tersebut, meluncur kearah Leomon. “Awas Leomon!” seruku. Leomon berusaha menghindar, namun terkena dampak ledakannya. Ia terpental beberapa meter kebelakang. “Giga Destroyer!” sekali lagi Metal Greymon melancarkan serangan yang sama. Leomon terkejut masih dalam keadaan terjerebab di tanah. Sulit baginya menghindar dalam posisi seperti itu. “Berguling kesamping Leomon!Cepat!”teriakku. Ia mendengarkan kata-kataku dan berguling kesamping. DUAR! Roket meledak mengenai tempat kosong. “Leomon tolong dengarkan insruksiku, aku akan membantumu untuk mengalahkannya.

“Hmm, mencoba mengalahkan tingkat Ultimate menggunakan aku yang tingkat Champion ini?”. Baik, kita lihat bagaimana strategimu anak manusia”.

“Keluarkan pisaumu,berlarilah ke arahnya berpura-pura hendak melakukan serangan. Lalu tunggu aba-abaku untuk melakukan roll menerobos, menghindari serangannya dan berada di belakangnya”.aku bertaruh/berharap semoga tingkat intelejensia Metal Greymon cukup rendah untuk mencerna kata-kata yang kulontarkan dengan teriakan barusan. Keputusan beresiko ini kuambil karena ia menyerang secara membabi buta. Leomon menerjang kearah Metal Greymon.

Aku berteriak “Sekarang!” saat Metal Greymon melontarkan cakarnya kearah Leomon.
Leomon merendahkan badannya menghidari jangkauan lengan Metal Greymon dan melakukan roll menerobos kesamping lalu berada tepat di belakang Metal Greymon. “Sekarang lukai Metal Greymon tepat di tengah punggung nya menggunakan “Beast Sword” buat luka sayatan yang cukup dalam. Leomon melompat kepunggung Metal Greymon dan melakukan apa yang aku perintahkan. Metal Greymon meraung kesakitan aku sebenarnya tidak tega, namun harus aku lakukan agar tidak terjadi hal yang lebih buruk lagi. Cepat keluarkan pukulan bertubi-tubi “Fist of the Beast King” kekuatan penuh kea rah luka barusan. Leomon melompat dari punggung Metal Greymon sambil mengeluarkan jurus “Fist of the Beast King” bertubi-tubi dengan kekuatan penuh.

Tubuh Metal Greymon linglung ambruk kedepan.

“BRUK!” pertempuran berakhir. Ada dua lingkaran data berwarna hijau mengelilingi tubuhnya, tak lama kemudian seluruh tubuhnya berubah menjadi serpihan data dan menghilang. “Aku kurang menyukai caramu barusan” ucap Leomon. “Begitu pula denganku”ujarku. Tapi kita harus melakukannya. Ucapkanlah hal itu kalau kamu sudah tumbuh menjadi jauh lebih kuat!. Leomon terdiam. Aku melihat sekelilingku yang telah berubah menjadi medan peperangan. Pohon-pohon dan tanaman yang hangus terbakar, sebagian tumbang dan terbelah tidak beraturan. Jalan aspal yang menjadi cekung seperti baru menjadi tempat mendarat meteor.

Tak lama kemudian karena menyadari sesuatu yang mendekat ia memasang kuda-kuda bertempur. Bayangan sesuatu bertubuh kecil terbang mendekat. Teriyamon Digimon berwarna hijau putih berbentuk kelinci yang dapat terbang menggunakan kedua telinganya yang lebar datang membawa Digivice D-Power berwarna emas dengan motif lingkaran berwarna hijau bertuliskan huruf-huruf alphabet Digital. Aku mengenali Digivice itu; Digivice yang aku beli dua tahun lalu bersama-sama dengan adikku. Ia menyerahkan Digivice tersebut kepadaku. “Kamu gimana sih Arya! Aku panggil berkali-kali kok tidak dijawab!? Malah akunya ditinggal lagi!” ujar Teriyamon manyun. Aku yang belum siap dengan semua situasi ini tidak bisa berkata apa-apa.

Keesokan paginya para penduduk di lingkungan rumahhku terkejut taman perumahan yang mereka banggakan porak-poranda seperti habis terkena ledakan bom. Suasana menjadi heboh. Aku juga tak kalah terkejut karena mereka baru mengetahui kejadian itu tadi pagi. Entah aku harus heran atau lega mengingat kekacauan semalam ternyata mereka semua kalau tidur seperti mati.

Bandai!?Ada apa dengan perusahaan ini? Dua hari lalu aku memasukkan penawaran ke perusahaan tersebut yang memang baru saja mendirikan cabangnya di Indonesia. Wah aku tidak menyangka penawaranku direspon secepat ini. Dan yang lebih mengherankan lagi kenapa perusahaan sebesar itu merespon penawaranku, memangnya ada berapa penawaran yang masuk? Sungguh suatu kebetulan yang mujur. Esoknya aku segera berangkat kesana. Disana aku bertemu dengan Pak Sudjono, bagian umum yang memutuskan untuk menggunakan jasaku.

Beliau menjelaskan tugas pertamaku, untuk menginstall semua computer di ruangan beliau dengan OS beserta software/aplikasi pendukungnya. Dua hari berada disana aku meninjau beberapa wilayah. Dan menemukan sebuah ruangan yang mencurigakan. Berbeda dengan ruangan lainnya, ruangan ini di pintu masuknya terdapat pass coded elektronik lock. Sebuah device berisi tombol 4x3 ; terdiri dari angka 0-9 dan dua tombol yang menyatu dibagian kanan bawah bertuliskan Enter. Jadi disini kita diminta untuk memasukkan kunci 3 digit code lalu tekan tombol Enter. Pantas saja ruangan ini tidak ada penjaganya. Owww, gitu ya?

Layar Digivice-ku menyala hijau muka Teriyamon muncul memberikan masukan “Ini hanyalah masalah semangat! Cukup tekan saja secara acak! Ujarnya dengan tampang tak berdosa. “10 banding 3 berarti ada sekitar 1000 kemungkinan” ujarku berhipotesis.

“Eh sebanyak itukah!???” raut muka Teriyamon menyiratkan pandangan Ooo baru tahu gua.

Aku mengeluarkan toner dari dalam tas-ku(toner; bubuk yang digunakan untuk mengisi cartridge printer laserjet maupun mesin fotocopy). Dan menaburkannya ke device elektronik lock tersebut. Terlihat bekas sidik jari di salah empat(termasuk tombol enter) dari kesebelas tombol yang ada.

Aku berhasil masuk dan menemukan bahwa ruangan ini tidak berbeda dengan ruangan lainnya. Ada meja kerja, ada kursi, dan ada cemilan pula… Belum ada yang mencurigakan. Tiba-tiba pintu terbuka, untung aku sigap dan langsung bersembunyi dibawah meja. “Ada apa denganku!Apa yang sedang kulakukan sekarang!Kenapa aku baru terpikirkan hal ini!menyelinap ke area terbatas dan membahayakan posisiku sebagai rekanan karena kalau sampai hal ini ketahuan, bukan tidak mungkin kerjasama memakai jasaku akan dihentikan sampai disini!.
“Bagaimana dengan D-Project yang kita kembangkan? Apa sudah ada kemajuan? Kata salah satu dari mereka. Ada dua pasang kaki yang aku lihat dari bawah meja.

“Kita kekurangan tenaga, jadi masih belum ada progress.Ingat, proyek ini tidak boleh kita bahas diluar tempat ini!.
” Iya, aku mengerti”. Mereka berlalu masuk ke sebuah lift tak jauh dari ruang tersebut.

Aku melihat ada sebuah jalur ventilasi di lagit-langit. Jadi teringat di film-film, kalau jalur tersebut terhubung dari ruang ke ruang. Aku masuk merayap ke ventilasi tersebut, berusaha mencari jalan keluar sekaligus jalan masuk yang jauh lebih aman. Walaupun caranya agak kurang nyaman. Aku mengeluarkan selembar kertas kosong beserta pulpen dari saku pakaianku. Sambil merayap mulai mencatat percabangan jalan yang aku lewati. Membuat peta. Dengan cara ini juga aku bisa membuat denah ruangan yang ada. Setelah berjalan beberapa lama(untung aku tidak mengindap klaustrofobia/fobia berada di tempat sempit, apalagi untuk jangka yang lumayan lama, tanpa mengetahui secara pasti sampai kapan dan dimana jalan keluarnya akan aku temukan… Hiks(>_<).

Aku mengenal tempat ini. Aku berada di atas ruangan bagian umum. Tampak olehku dari atas Pak Sudjono sedang mencari-cari aku mungkin ada pekerjaan yang harus aku lakukan selanjutnya(Wah gawat nih!).  Aku masih ingat posisi denah di sekitar ruangan ini. Kalau tidak salah(dan harus benar) tepat dua blok disebelah ruangan umum ini terdapat toilet. Dan disana pasti(semoga) ada ventilasi udaranya… Hiks(>_<).

Tepat seperti dugaanku, disini  ada ventilasi udaranya. Horee! Syukur Alhamdulillah, Akhirnya!. Akupun keluar dari lorong ventilasi dan mendarat di toilet.. perempuan!

Seorang  gadis yang baru keluar dari kamar kecil tersentak kaget melihatku, aku juga tak kalah kaget.
Eh oh woo, aku memandangnya dengan takjub (Ternyata ini surga ya? bukan toilet?.. kenapa aku bisa ada disini?.. Oh iya, aku-kan anak baik-baik. pantaslah aku masuk surga); jantungku berdesir, ada rasa takut bercampur bahagia, dunia bergerak slow motion. Sementara ia menatapku seperti melihat maling jemuran.

Dengan kesal ia berlalu tidak memperdulikanku sebelum aku tersadar akan keadaan ini. Aku sempat melihat nama depan tag name didadanya bertuliskan nama Dian.

Ya tuhan aku menemukannya, aku merasakannya lagi. Namun sayang mengapa waktu dan tempatnya kok tidak tepat. Keluar dari toilet wanita aku berpapasan dengan pak Sudjono. Ough!
“Arya, aku cari-cari ternyata kamu ada disini?!, dan apa yang kamu lakukan di toilet perempuan?”
Aku memutar otak mencari alasan logis yang dapat diterima.
“Salah masuk pak, saya kira toilet Laki-laki”.

Hari itu hatiku berbunga-bunga.  Walau sedikit sedih karena belum mengetahui siapa dirinya.
Jam hape(handphone)ku menunjukkan pukul 17.30 . Akhirnya semua pekerjaanku di perusahaan ini terselesaikan. Terbesit kegundahan dalam batinku, entah kapan aku kembali ada orderan di perusahaan ini. Entah kapan aku bisa bertemu kembali dengannya.

Karena sebentar lagi maghrib, aku memutuskan untuk maghriban(menunaikan sholat Maghrib) disini. Perjalanan dari sini kerumahku membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit, kalau aku nekat pulang sekarang dan bermaksud sholat dirumah bisa-bisa waktu maghrib sudah habis. Perusahaan ini mempunyai masjid yang terletak di seberang arah diagonal dari Gedung kantor utama tidak jauh dari gerbang masuk. Beberapa karyawan keluar dari kantor menuju kesini.  Untuk ukuran karyawan sini, pulang jam 19.00 adalah hal biasa, mereka dituntut mempunyai etos kerja orang Jepang yang berdedikasi tinggi, karena mereka juga dibayar dengan gaji yang layak.

Seusai shalat aku bergegas keluar duduk pinggir masjid, hendak memakai sepatu. Saat itu aku melihatnya keluar kantor menghampiri seorang pria yang aku tahu dari tadi berdiri disamping pohon.

Cowok berpenampilan trendy, namun tidak begitu tampan(juga tidak terlihat pintar).  Sepertinya ia mau pulang karena menenteng tas kerjanya. Ia mengikuti cowok tersebut ke parkiran tamu. Lalu cowok itu membukakan pintu mobilnya(mungkin) untuknya, doi masuk ke mobil tersebut. Wow, perasaan ini sungguh berkebalikan dengan rasa yang aku rasakan beberapa jam lalu. Kiamat melanda. Secara penampilan usia cowok tersebut tidak jauh beda dengan kami, jadi kemungkinannya kecil kalau itu ayahnya. Aku berfikir positif dan optimis, mungkin itu kakaknya(kakak kandung maksudnya) atau mungkin sopirnya?

‘Ayolah Arya, this is the real world. Berfikirlah logis, bagaimanapun juga, kecil kemungkinan cewek menarik sepertinya masih single. Minimal pasti sudah punya calon. Dan calonnya pasti nggak sembarangan’.
Aku tahu andaikan aku dibandingkan dengan calonnya... Aku lulusan SMA, belum ada yang bisa aku banggakan.
Apa sih yang aku pikirkan!. Masih ada banyak hal penting lainnya yang harus aku utamakan. Aku masih mempunyai tanggung jawab yang belum terpenuhi, tidak ada waktu untuk memikirkan sesuatu/seseorang yang belum tentu baik untukku!’.  Kejarlah cita – cita sebelum cinta, karena cinta akan datang dengan sendirinya ketika cita – cita sudah tercapai. Semangat Arya! Semangat! Karena hal itulah yang seharusnya aku yakini.

Mungkin saat ini hatiku sedikit terluka. Padahal aku baru saja mengenalnya. Namun syukurlah masih belum terlalu dalam, karena aku baru saja mengenalnya.

Setelah itu aku tidak langsung pulang. Aku memutuskan mampir ke kota lama saat melewatinya. Entah kenapa melihat bangunan-bangunan klasik tempo dulu diterpa cahaya lampu neon jalan yang berwarna kuning membuat aku sedikit rileks. Aku menuntun sepeda motorku ke pinggir sebuah bangunan tua di sekitar polder->(merupakan suatu sistem untuk memproteksi air limpahan dari luar kawasan dam mengendalikan muka air di dalam Kota Lama. Komponen sistem polder ini terdiri dari : tanggul, pintu air, saluran, kolektor, pompa air dan kolam retensi. Dengan luas lahan ± 1 ha) stasiun.

Menginjakkan kaki disini membuat kita terasa telah menempuh perjalanan waktu, kembali ke masa lampau, saat Belanda masih menjajah Indonesia. Aku berjalan menyusuri gang kecil, sela diantara dua bangunan menuju ke polder. Setelah sampai di tempat terbuka, aku sandarkan motorku disana, aku hirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Bagaimanapun juga aku harus bersyukur kepada tuhan. Masih diberi kesempatan sampai hari ini, masih mempunyai seorang ibu dan empat orang adik yang lucu sekaligus nakal. Dianugrahi tubuh lengkap beserta panca inderanya, tubuh yang sehat tidak sakit-sakitan.  Sehingga aku masih bisa bekerja untuk menggapai apa yang aku impikan. Perjalanan masih panjang. Semangat! Semangat Arya!.

Polder stasiun yang menyerupai danau terbentang luas dihadapanku. Digiviceku bergetar menyala hijau, Teriyamon muncul di layar.”Arya, kamu sedang ada masalah ya? Berbagilah dengan kami. Gambar layar berganti Leomon; “Aku adalah seorang pendengar yang baik”. Oh iya aku belum cerita semenjak pertempuran melawan Metal Greymon Virus, Leomon ikut tinggal bersama kami. Tersesat di dunia nyata dan tidak mengetahui cara kembali ke dunia digital. Ternyata digivice milikku bisa menyimpannya.

Aku duduk dipinggir Polder memandang langit.
“Bagaimana kalian bisa tahu? “ Aku bertanya-tanya
“Aku sudah menjadi partnermu selama 2 tahun” Teriyamon berbinar-binar.
‘Bukan karena itu-kan’ ucap Leomon pelan tertuju pada Teriyamon.
Memang benar sudah dua tahun ini ya, walaupun dulu aku hanya memainkan efektif selama 2 bulan, setelahnya sesekali kalau ada waktu senggang saja’.
“Kami selalu melihat apa yang sedang terjadi terhadapmu. Tidak ada pekerjaan lain selain itu. “ Ucap Leomon jujur. Kamu merusak bagian romantisnya Leo! Teriyamon manyun protes sama Leomon.

“Hahaha”, aku tertawa ada yang menghiburku. Ya, kurasa mereka ini adalah teman terbaikku saat ini.
Aku mencoba mengganti topik. “Apa kalian benar-benar tidak tahu, mengapa kalian bisa keluar ke dunia nyata dan mendapatkan wujud dalam bentuk nyata?

“Tidak tahu!”.

Waktu itu digiviceku bergetar-getar karena Teriyamon mencoba menyampaikan sesuatu kepadaku. Suatu kesadaran dari dalam dirinya untuk berinteraksi, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Karena getaran itulah digivice yang aku letakkan di pinggir lemari terjatuh. Teriyamon mendapati dirinya keluar ke dunia nyata.

D-Project, proyek macam apa itu? Apa ada hubungannya dengan semua ini?

Apa kau mempunyai teman manusia Arya? Leomon bertanya padaku.
“Tentu saja aku punya”aku tersenyum mendengar pertanyaannya.
“Sampai saat ini aku belum pernah melihatmu kontak dengan mereka” ujar Leomon.

Aku tidak begitu akrab dengan mereka, hanya sebatas teman biasa. Aku tidak mau bergabung menjadi salah satu anggota geng(kumpulan sohib yang melakukan segala sesuatu bersama-sama) mereka. Tidak mau ada ikatan khusus seperti itu, karena bagiku semua adalah teman. Semuanya aku perlakukan sama, tidak pandang bulu. Aku lebih suka seperti itu. Istilahnya non blok/netral. Di SMUku terdapat kecenderungan lebih sering berkumpul dengan teman yang itu-itu saja.

Mungkin mereka yang sering kumpul geng bareng ikatan pertemanan menjadi lebih kuat, namun kapasitas yang terbatas membuatnya tidak mempunyai tempat untuk kawan yang lain. Aku inginnya sih akrab dengan semuanya. Tapi dengan cara itu kayaknya juga nggak bisa deh. Memang harus dengan teman tertentu saja, nggak bisa semuanya. Aku tertawa.

Aku bisa dikira gila kalau berbicara dengan sebuah mainan(Itulah yang sedang kulakukan sekarang). Untungnya tidak ada yang memperhatikan Karena tempat ini sepi, jauh dari keramaian.

Benar, entah mengapa sekarang temanku-temanku sedikit berubah. Tidak seperti dulu. Mungkin karena sekarang masing-masing dari kami telah menghadapi dunia yang sesungguhnya. Dunia nyata kehidupan, dunia kerja, dunia bermasyarakat. Tidak seperti dunia yang kami kenal sebelumnya, dunia yang nyaman karena ikut orangtua. Tidak banyak berfikir untuk menghadapi persaingan hidup yang keras.

Memang beberapa dari kami cukup beruntung dapat langsung meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Jenjang Universitas. Namun tidak sedikit yang harus bekerja keras untuk melanjutkan hidupnya.

Sesaat setelah itu aku melihat ada pasangan keluar dari mobilnya (sebuah mobil sedan bewarna hijau kodok->sepertinya aku pernah lihat)menuju ke sisi polder beberapa jauh dari tempatku berada. Tunggu, bukankah itu Dian? Bersama laki-laki tadi? Aku segera pergi memastikan. Kenapa mereka baru ada disini? Selarut ini? Kemana mereka pergi sebelumnya? Berbagai pertanyaan memenuhi kepalaku. Sudah biasa sepasang kekasih(akh.. hiks) berjalan berdua seperti itu. Aku juga bukannya tidak tahu kalau mungkin hal seperti itu(kemungkinan terburuk) bisa saja terjadi dan bukankah aku juga sudah mempersiapkan diri.

Dunia mengajarkanku untuk ingat satu hal dalam hidup, yaitu sejarah. Belajarlah dari sejarah untuk melihat masa depan. Ia akan membuatmu lebih dewasa dan lebih kuat. Pengalaman laluku aku anggap sebagai teguran awal dari tuhan, untuk memilih seseorang yang tepat. Maaf aku tidak bisa menceritakannya; terlalu kelam untuk diingat apalagi diceritakan. Ngomongin apa sih aku! Jangan Suudzon dulu Arya! Mereka kan Cuma jalan berdua!...  
Saat Laki-laki dan perempuan hanya berduaan?orang ketiga yang hadir diantaranya adalah setan...
Argh!

Arya ngapain sih? Teriyamon bertanya kepada Leomon. Mungkin ini yang disebut kerumitan dalam hubungan antar manusia. Jawab Leomon. Tadi malam ia baru saja menyelesaikan membaca sebuah novel roman milikku.

Tanpa kami sadari, mata sesosok bayangan dari balik kegelapan pencakar langit memperhatikan mereka berdua. Nafasnya menjadi berat, tangannya mencengkram, tatapannya penuh kebencian.
Tiba-tiba ia melompat dari atas gedung dan mendarat tepat diatas  mobil milik eee.. siapa itu namanya cowoknya Dian?

BRAK! mobil landasannya berubah bentuk, atapnya menjadi penyok kedalam. 'Sukurin'->duh aku kok bilang kayak gini sih!?
Kejadian itu tiba-tiba dan dalam sekejab mata.
Matanya menatap dalam-dalam kedua orang didepannya dengan sorot yang menakutkan.

"GRRR! GRRR!" nafasnya mengeluarkan uap air.

Kini terlihat jelas sosok tersebut bukanlah manusia!
Kalau dipikir-pikir juga, mana ada manusia yang iseng melompat dari ketinggian sekitar 20 meter.
Makhluk bertubuh tegap berwarna hitam(mungkin biru) abu-abu(mungkin putih, karena kami ada di tempat yang gelap) yang berdiri diatas kedua kakinya yang menekuk seperti kaki belakang serigala memakai celana ketat sebatas lutut, kedua lengan yang kekar dengan cakar memegang sesuatu seperti knuckle, dengan kepala berbentuk.. Garurumon?. Tapi sepertinya ada yang ganjil dengan warna badannya?. Atau mungkin ini hanya perasaanku yang terlalu lelah oleh hari ini?.

Ia melompat kecil kedepan mendekati Dian dan cowoknya. 'Oh tidak!'
Angin berhembus dingin menembus tubuhku.
Aku berfikir dan berharap agar cowok itu lari tunggang langgang dari sana meninggalkan Dian sendirian.
Sehingga Dian tahu bahwa ia bukan lelaki yang tepat untuknya.
Cowok tersebut walaupun dengan ketakutan menghadang WereGarurumon. Ia berdiri di depan Dian. Masing-masing tangannya diangkat kesamping. Ternyata aku salah, dia bukanlah cowok pengecut. Terbesit suatu kekecewaan didadaku.

Pikiran ngaco apa sih barusan!?. Harusnya aku senang, bersyukur karena Dian memilih seseorang yang tepat. Walaupun seakan tidak rela, aku bahagia untuknya.

WereGarurumon menggeridikkan giginya. Membuka lebar ekspresi kulit bibirnya dan kini gusinya terlihat jelas. Menatap tajam ke arah mangsanya. Ia sedang mengepalkan tangan kanannya dan mengangkat lengannya ke atas ketika secara reflek aku memungut batu didepanku dan melemparkannya sekuat tenaga tepat mengenai mata kirinya.
Ia meraung marah, mencari-cari asal tembakan barusan. Ekspresi mukanya kini benar-benar parah, memandang tajam ke arahku. Jarak kami masih terpaut jauh sekitar 30 meter (wow, terkadang aku kagum akan kekuatan fisikku. Jarak yang cukup jauh untuk lemparan sekuat itu). Namun 30 meter itu bukanlah jarak yang cukup jauh  untuk WereGarurumon menuju ke tempatku. Mengingat kemampuan agility-nya yang menakjubkan. Aku segera ambil langkah seribu dari situ!. "GLUP!" Leomon dan Teriyamon masuk ke Digiviceku.

WereGarurumon melesat dengan keempat kakinya(kedua tangannya sekarang berfungsi sebagai kaki).
Setidaknya sekarang aku tak perlu mengkhawatirkan keadaan Dian.. dan cowoknya.. hiks.

Ganti mengkhawatirkan diriku sendiri!.

"Waaa!" Aku berlari sekuat tenaga dengan WereGarurumon memburu tepat di belakangku. Berlari tak tentu arah. Berbelok ke tikungan, mengambil gang sempit, keluar dari situ dan masuk ke kompleks berikutnya. Suasana gelap dan cahaya temaram lampu neon yang kekuning-kuningan turut mendukung perasaan keder setengah mati waktu itu.

"Oh Malam yang hebat!. Berturut-turut langsung menghadapi tingkat Ultimate tanpa jeda. Baru saja kemarin kami melawan Metal Greymon Virus. Sekarang kami harus menghadapi partnernya".

Keluar dari ujung sebuah gang, ada abang Becak yang sedang tertidur pulas. Mendengar kegaduhan yang kami keluarkan(suara dencingan gesekan sepatu serta tembok yang dihantam, disertai teriakanku hasil berpacunya Adrenalin dalam diri yang saat ini berfungsi sebagai penambah kecepatan lari), ia sejenak sayup-sayup terbangun menengadahkan wajahnya melihatku dikejar makhluk brutal yang mungkin belum pernah ia temui...
lalu iapun kembali memejamkan mata, menutupi mukanya dengan topi koboi dan melanjutkan aktivitasnya kembali.

WereGarurumon semakin mendekat. Jarak diantara kami berdua semakin pendek.
Dibelokan masuk gang berikutnya aku bermaksud memberinya serangan kejutan yang pasti tidak akan bisa dihindarinya dengan mudah. Sebuah gang yang hanya bisa memuat lebar satu orang, tempat yang mempersempit ruang gerak.

"SRET!" aku berbelok tajam. Sela beberapa langkah segera aku membalikkan badan. Mengeluarkan Leomon didepanku dan memerintahnya untuk bersiap menggunakan Fist of the Beast King setelah target berbelok untuk masuk ke gang tempat kami berada.

Siluet WereGarurumon sekarang nampak berada di depan kami.
Saat ia menghentakkan kaki sebagai pijakan untuk melontarkan tubuhnya berbelok tajam ke tikungan, Leomon melepaskan pukulan Fist of the Beast King!.

Tanpa kuduga WereGarurumon dengan sigap menghempaskan kedua kaki depannya(tangan) ke tanah sebagai ancang-ancang melontarkan tubuhnya ke atas tepat sesaat sebelum Fist of the Beast King mengenainya.
Ia berputar melayang ke udara salto menuju ke arah kami. Mendarat menerkam Leomon. Keadaan berbalik, sekarang akulah yang terkejut menerima serangan kejutan.

Tepat satu meter didepanku, terlihat dengan jelas corak warna belang di tubuh WereGarurumon berwarna hitam. Ternyata ia adalah Black WereGarurumon!. "O o, ini tidak main-main!". WereGarurumon Virus sama sekali bukan lawan yang mudah. Terkadang musuh yang sangat kuat itu bukanlah berbentuk binatang monster besar yang powerfull, tapi monster buas berbentuk manusia. Karena selain memiliki kecepatan, mereka juga mempunyai intelegensia yang jauh lebih baik.

Aku dalam bahaya!.

Sebelum Black WereGarurumon melancarkan pukulan ke arah Leomon. Leomon dengan sekuat tenaga menggunakan kakinya sebagai bantingan pelontar untuk melontarkan Black WereGarurumon melewati arah atas kepalanya. Gerakan yang bagus.
Black WereGarurumon melayang terlontar beberapa jauh(sekitar dua meter dari Leomon)dan sekarang jatuh dibelakangku. Atau bisa dibilang, ia sekarang berdiri tepat dihadapanku.

Jarak kami sangat dekat. Ia meraung bermaksud melontarkan cakarnya yang tajam. Tanpa berfikir panjang aku segera memungut tanah di bawahku dan melemparkannya ke arah matanya. Ini bukan saatnya untuk bertanding secara sportif. Menghadapi Digimon out of control semacam ini.

"GROAR!!!" Black WereGarurumon secara reflek menutup kedua matanya dengan kedua tangannya. Ia mundur beberapa langkah kebelakang.
Aku memerintahkan Leomon menembakkan Fist of the Beast King. Aku jongkok sementara pukulan tenaga dalam Fist of the Beast King melesat melewati atas kepalaku menuju ke arah Black WereGarurumon dan kali ini tepat mengenainya. Ia terlempar beberapa meter ke belakang. Aku dan Leomon segera berlari menjauh.

"Wah pakai taktik perang Gerilya nih!"
Lagi-lagi Fist of the Beast King Leomon berhasil mengenai Black WereGarurumon saat ia keluar gang mencariku dengan penuh amarah.

Sekarang kami berada di tempat terbuka. Malam semakin larut. Tubuhku juga semakin kelelahan. Sudah tidak kuat lagi melancarkan serangan Gerilya. Aku putuskan untuk menghadapinya head on head. Dengan beberapa serangan yang berhasil mengenainya, setidaknya kesempatan untuk memenangkan pertarungan ini semakin besar.

"Tolong ya Leomon!". ucapku.
"Jangan tegang. Lakukan seperti biasa"

"Serahkan padaku" jawab Leomon.

Black WereGarurumon menerjang ke arah Leomon. Leomon yang cukup tenang berhasil menghindarinya dengan memiringkan badannya kesamping. Lalu segera membalas dengan pukulan fisik.

"BRAK! BRAK!" Kepalan Leomon dan kepalan Black WereGarurumon saling beradu.
Beberapa kali mengulang hal itu. Mereka saling beradu pukulan dan tendangan.

Keduanya mundur dua langkah kebelakang. Leomon mengeluarkan jurus "Fist of the Beast King" andalannya sedangkan Black WereGarurumon mengeluarkan jurus "Wolf Claw".
Kedua energi bertabrakan dan Wolf Claw milik Black WereGarurumon sedikit lebih unggul. Leomon terdesak ke belakang.

Black WereGarurumon tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Segera berlari ke arah Leomon dibarengi dengan gerakan salto, kakinya mengeluarkan jurus "Circle Moon Kick". Leomon terkena telak, setelah kakinya mendarat di tanah segera melanjutkan dengan "Baldy Blow" dan diakhiri dengan "Garuru Kick".

Leomon terkapar dengan damage yang cukup besar.

"Awh!" aku putuskan untuk mengambil langkah ekstrem.
"Kamu masih bisa bangkit Leomon?. Bangkitlah, aku akan membantumu. Kita lawan bersama. Dua lawan satu!. Kita tak punya cara lain. Dengan ini aku akan pastikan kita akan mengakhiri pertempuran. Maaf, sudah menyuruhmu bertempur sendirian".ujarku mantap penuh percaya diri, walaupun aku tak yakin dengan apa yang barusan aku katakan. Ini adalah pertempuran yang sesungguhnya. Bukan kumite Karate.

"Bicara apa kau!" Leomon dengan susah payah bangkit kembali. "Ini bagianku"

"Tak perlu khawatir, aku tahu apa yang aku lakukan. Aku ini pemegang sabuk biru Karate tahu!" ujarku tersenyum kecut. Sudah lama sekali aku tidak pernah menggunakan ilmuku ini. Ya, aku hanya benar-benar akan menggunakannya hanya untuk membela diri jika ada bahaya yang mengancam". Dan hal itu sangat jarang terjadi.

Aku mencoba menyamakan ritmeku dengan serangan Leomon. Menyadari keadaan Leomon yang krisis, aku tidak mau ia menerima damage lebih dari itu. Jadi disetiap ada cela aku segera melesat ke hadapan Black WereGarurumon dan segera.. menjitak kepalanya cheers 
Aku yakin hal itu akan membuatnya menyerangku lebih gencar dan melupakan fokus pada Leomon.
Ya, ternyata aku benar. Sayangnya sedikit diluar perkiraan.. Ia menyerangku secara brutal melebihi bayanganku.
Beberapa pukulannya yang aku hindari mengenai tembok dibelakangku, meninggalkan bekas cekungan mirip terkena buldoser. Wah wah wah, bisa bisa situs bangunan kota lama ini akan berubah menjadi bangunan baru karena banyaknya rehab akibat pukulannya.



Kami kembali ke Polder tempatku memarkirkan sepeda motor. ... Dan disana, di danau buatan itu.. dalam kegelapan yang remang-remang nampak siluet ular raksasa bergulung-gulung di dalam air.
Perasaanku melayang..
"BYUR!" air meluap moncrot dari danau menyiramkan butir-butir air kesegala arah (Beberapa diantaranya mengenaiku) diikuti munculnya Sebuah kepala, ya sebuah kepala ular raksasa. Seadramon .

Ia memekik nyaring, Kemudian menembakkan Ice secara random mengagetkan orang-orang di sekitar tempat kejadian.  Beberapa lari ketakutan, dan sisanya takjub berusaha mengambil gambarnya dari kejauhan.

"Oh.. here we go again..."

Aku menyalakan Digiviceku, layarnya menunjukkan Leomon sedang tertidur pulas... atau pingsan?
Aku juga sudah begitu lelah.
Aku menggantinya ke layar Teriyamon.
"Teriyamon.. sekarang digiliranmu"
"EH!" mata Teriyamon mengecil sebelah, mulut terbuka.


Satu Minggu berlalu semenjak kejadian di Kota lama. Aku kembali menjalani hidupku sebagai Teknisi panggilan. Tidak ada hal yang mencenangkan dan luar biasa lagi akhir-akhir ini,dan sama sekali aku tidak merindukan hal seperti itu, karena disamping hal kemuculan Digimon secara acak tersebut membuat repot dan menyebabkan kerugian baik secara material maupun secara non material. Keseharian yang biasa saja seperti inilah yang menguntungkan bisnisku(kebutuhan rumah tangga terus berjalan dan harus terpenuhi). Tidak ada pertemuan, serangan mendadak yang membuat sport jantung, tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang demi menghadapi hal itu. Enjoy saja.

Sampai suatu hari..
Aku mendapat telpon dari seorang pelanggan yang bermaksud menggunakan jasaku untuk memperbaiki printer kantornya yang berada di daerah kawasan industri. Sudah beberapa menit ini aku berkeliling komplek, putar kesana sini , tanya sana sini. Namun lokasi jelasnya masih belum diketahui rimbanya. Kawasan Industri ini sangat luas, terlalu luas jangkauan mencarinya kalau hanya mengandalkan alamat lengkap tanpa disertai ancer-ancer. Inilah jadinya kalau handphone untuk bisnis tidak ada pulsa untuk menelpon balik scratch .
Mau beli pulsa, tidak ada yang jual, mau balik lagi ke pusat kota juga terlalu jauh (sayang bensinnya). Akhirnnya jadi anak ilang deh ini.
Saat melewati depan bangunan Gudang yang sepertinya sudah terbelengkalai Sebuah cahaya kehijauan memancar menyilaukan dari tempat tersebut... dan tentu saja aku tak bisa mengacuhkan begitu saja hal itu. Terlihat seekor Gorila berbulu putih , berkulit hitam dengan lengan kanan berbentuk meriam berjalan kebingungan.
Gorilamon -_- . Ya aku tidak terkejut, sepertinya aku sudah mulai terbiasa melihat hal seperti ini.
Kuambil Digivice yang berada di dalam kantung Jaketku melihat ke dalam layarnya, Leomon muncul "Aku merasakan kemunculan Digimon disini" ujarnya sambil keluar dari Digivice. Aku tahu benar ia belum sembuh benar dari cideranya tempo hari.

Sinar hijau keluar dari Digivice, Teriyamon melompat keluar, berdiri di atas pagar semen di depan kami. "Serahkan hal ini kepadaku Leo" Ucap Teriyamon lantang. Disertai pose membusungkan dada dan dagu, kedua tangan di pinggang.
Digimon ini lebih kecil daripada Seadramon yang aku kalahkan tempo hari. Ia bersungut-sungut menyentuh-nyentuh dagunya dengan tangan kanan kecilnya. Leomon melihat kearahku menyiratkan pertanyaan pembenaran hal itu. Aku mengangguk, karena memang hal itulah kebenarannya.

Kalian ingin tahu cerita detail Pertarungan Teriyamon melawan Seadramon minggu lalu?
('Ingin tahu, atau ingin tahu banget')
Skip gak usah cerita deh.

Oke, Iya aku ceritaiin; begini ceritanya..

Teriyamon terbang kalang kabut menghindari tembakan Ice Seadramon. Sambil menghindar ia menembakkan Bunny Blast rapid mode; tembakan energi kecil tapi banyak dan beruntun dari mulutnya. Tapi tidak berpengaruh banyak terhadap Seadramon. Iapun menggantinya dengan Bunny Blast one large concentrated blast; tembakan satu energi besar . Kerusakan yang ditimbulkan lumayan, namun masih belum cukup untuk menumbangkan Seadramon. Nampak Teriyamon sudah mulai kelelahan menghadapi pertempuran jangka panjang ini. Lagi-lagi Seadramon berkonsentrasi mengeluarkan Ice Blast; energi beku terkumpul dari dalam mulutnya dan meluncur membentuk tombak es yang melesat cepat ke arah teriyamon. ! "Ah !", terbesit ide dalam kepalaku yang sudah mulai mengantuk dan lelah ini.

"Teriyamon ikuti aba-abaku!" teriakku lantang.
Bersiap menggunakan Big Bunny Blast. Teriyamon mulai berkonsentrasi.
Saat Seadramon mulai mengumpulkan energi beku dari mulutnya, aku segera memerintahkannya untuk menembak tepat di dalam mulutnya yang sedang menganga.

"HIT!" SLEP"
Energi tembakan Bunny Blast masuk !
Mata Seadramon melotot, aku segera memerintahkan Teriyamon menggunakan Terrier Tornado(Teriyamon memutar tubuhnya seperti gasing membentuk pusaran angin) secara Vertikal menuju kepala Seadramon dari atas kebawah.

Seadramon limbung jatuh ke dalam kolam polder, dia kehilangan kesadaran.
Dari dalam polder bersinar cahaya berwarna hijau.
Pertempuran berakhir.

Yak, Teriyamon menang dengan cara membuat Seadramon tersendak.
Setidaknya hal itu telah membangun rasa percaya diri di dalam dirinya. Seperti sekarang ini..

Leomon masuk kembali ke dalam Digivice.
Gorilamon menyadari keberadaan kami. Raut mukanya terlihat berbahaya, menyeringai.
Teriyamon terbang mundur hinggap di bahu kananku, dia mendekatkan kepalanya ke kupingku, berbisik "Arya, sekarang apa yang harus aku lakukan?"


Terakhir diubah oleh Kuru tanggal Sun Feb 22, 2015 8:45 pm, total 3 kali diubah (Reason for editing : Judul sudah ditetapkan)
Kembali Ke Atas Go down
https://digimon.forumid.net
Share this post on: reddit

Digimon Semesta :: Comments

No Comment.
 

Digimon Semesta

Kembali Ke Atas 

Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Digimon Semesta :: Karya Kreatif :: Shellmon Newspaper-
Navigasi: